Hingga tanggal 12 Juli 2016, negara dan kota yang pernah
saya kunjungi beserta durasi diantaranya:
Inggris: London 5 hari, Manchester 3 hari, Liverpool 3 hari
Skotlandia: Edinburgh 3 hari, Glasgow 3 hari
Italia: Roma 4 hari, Florence 3 hari, Padova 3 hari, Pisa,
Venezia dan Lucca daytrip 1 hari, Milan 3 hari
Spanyol: Madrid 6 hari, Barcelona 5 hari
Belanda: Amsterdam 7 hari
Belgia: Brussels 6 hari, Gent 1 hari
Prancis: Paris 11 hari
Jerman: Cologne 3 hari, Dresden 3 hari, Munich 4 hari, Ulm 1
hari
Ceko: Prague 4 hari
Austria: Vienna 4 hari
Jepang: Tokyo 17 hari, Osaka 3 hari, Kyoto 4 hari, Nagoya
3 hari, Takayama 1 hari, Shirakawago 1
hari,
Korea Selatan: Seoul 6 hari, Jeju 3 hari, Gyeongju 3 hari,
Busan 3 hari, Daegu 1 hari
Hongkong 4 hari
Macau 3 hari
Vietnam: Ho Chi Minh 4 hari
Kamboja: Phnom penh 3 hari
Thailand: Bangkok 4 hari
Filipina: Manila 3 hari, Boracay 4 hari
Singapura: 7 hari
Malaysia: Kuala Lumpur 3 hari
Pengalaman mengunjungi kota-kota
tersebut diantaranya adalah kesimpulan bahwa kota di Asia Tenggara seperti Phnom
penh dan Singapura tidak lebih murah daripada kota di Asia Timur seperti Osaka
atau Busan. Jangan heran jika di Kamboja barang kebutuhan pokok mahal karena
mereka menggunakan mata uang USD (dollar Amerika) dan mata uang lokal jika
nilainya dibawah 1 USD. Bahkan produk impor seperti keju yang dapat kita
temukan di indonesia akan lebih mahal harganya. Kebetulan saya penggemar produk
bakery sehingga selalu membeli nya sebagai camilan saat jalan-jalan. Harga roti
Breadtalk dua kali lipat daripada di indonesia. Itu yang saya temui di phnom
penh dan Manila. Dengan harga itu menurut saya lebih baik untuk membeli makanan
berat.
Biaya makan sehari-hari selama
liburan termurah yang pernah saya rasakan adalah di Manila dan Ho Chi Minh (Saigon).
Sehari cukup 100 ribu rupiah untuk tiga kali makan berat. Tentunya tidak untuk
makan di tempat berkelas atau bagus semacam kafe atau di mall. Perlu
diperhatikan bahwa seperti halnya di indonesia jika makan di pinggir jalan
tanpa adanya harga pas atau tercantum di pricelist atau banner maka anda rentan
terkena harga turis asing alias lebih mahal. Pernah saya alami di Manila di
bawah MRT Boni saat mencoba makan prasmanan yang disajikan oleh pramusaji.
Harga lokal sekitar 60 PHP (philipina peso) tetapi saya 106 PHP.
Biaya transportasi di negara
berkembang seperti Kamboja atau Filipina dan negara maju seperti Jepang atau
Korsel memang berbeda jauh. Di Jepang, biaya kereta atau bus memang mahal
bahkan menurut saya lebih mahal daripada di negara eropa. Akan tetapi, semua
sebanding dengan apa yang diperoleh. Kenyamanan dan kebersihan dan tepat waktu.
Jika ke Kamboja sebaiknya menawar harga jika akan naik tuktuk (semacam bajaj)
yang bisa dinaiki hingga 4 orang ataupun moto (sejenis ojek). Moda transportasi
terlengkap dan paling menarik yang pernah saya rasakan yaitu di Manila filipina
karena ada beragam mulai dari MRT, LRT, jeepney (mobil jeep yang bisa diisi
hingga 15 orang), tricycle (sejenis motor yang dimodifikasi sehingga bisa
memuat 6 orang), FX (mobil panther) bahkan motor alias ojek. Saya pernah
mencoba semua dan termurah naik jeepney untuk jarak dekat cukup 7 PHP alias
2000 rupiah saja. Hal yang perlu dicermati ialah harus mengetahui jurusan dan
dimana harus turun sehingga harus aktif bertanya pada warga lokal. Warga
filipina rata-rata dapat berkomunikasi dalam bahasa inggris bahkan orang tua
pun sehingga tidak perlu kuatir dan mereka ramah serta membantu seperti halnya
orang indonesia di kota-kota kecil.
Saya menemukan banyak kesamaan
antara orang filipina dan indonesia yaitu wajah, bahasa serta makanan selain
geografis negara yang merupakan negara kepulauan yang dikelilingi lautan.
Liburan ke filipina serasa pergi di indonesia karena bentuk wajah 100% persis
seperti orang indonesia. Bahasa Tagalog menurut saya ada banyak kesamaan dengan
bahasa indonesia seperti kata MAHAL, KITA, AKO, PAYONG, SALAMAT. Mungkin kita
berasal dari nenek moyang yang sama dan mengalami modifikasi serta penyesuaian
selama ratusan tahun. Makanan dan cita rasa filipina mirip sekali dengan
indonesia sehingga tidak perlu kuatir jika perut dan lidah anda tergolong rewel
dan pemilih. Manila masuk dalam 20 besar ibukota termurah di dunia sehingga
jangan kuatir jika ingin liburan kesana. Bahkan lebih murah jauh daripada
Jakarta. Kemacetannya pun masih termasuk normal dan wajar pada jam-jam kerja.
Produk dan barang branded seperti merek Uniqlo atau Zara mungkin sedikit lebih
mahal daripada di Jakarta tetapi untuk hasil agraria seperti buah nanas atau
pisang, harganya lebih murah.
Jika memilih antara liburan untuk
kesekian kali nya antara Korsel atau Jepang maka saya akan memilih Jepang
karena biaya hidup yang termasuk setara tetapi apa yang dilihat dan dinikmati
lebih baik dari segi makanan, sightseeing,
transportasi, dan interaksi dengan warganya. Selama di Korsel saya hanya dua
kali merasa dibantu oleh warga lokal saat tersesat tetapi di Jepang saya tidak
bisa menghitung dan mengingat berapa kali. Perlu diingat bahwa mereka tidak
bisa berbahasa inggris tetapi dari segi keramahan dan kebaikan hati dan
ketulusan, orang Jepang lebih diatas orang Korsel.
Jika anda termasuk traveller yang
tidak rewel dalam hal makanan dan tidak harus makan nasi setiap hari maka liburan ke eropa dapat
dipertimbangkan karena selevel dan terkadang hanya sedikit lebih mahal
tergantung kota dan lokasi makan dibandingkan pergi ke Jepang atau Korsel.
Apalagi jika anda penggemar roti maka eropa jelas merupakan pilihan terbaik
untuk mencoba produk berbahan dasar tepung gandum, ragi dan susu tersebut.
Tentunya jangan membeli di sekitaran tempat wisata karena harganya minimal
lebih mahal 50% daripada jika membeli di area pemukiman atau apartemen. Harga
di tiap kota bervariasi sebagai contoh di Madrid Spanyol anda cukup membayar 1
euro untuk 2-3 croissant dari bakery shop di area pemukiman tetapi di sekitaran
tempat wisata harganya hanya cukup untuk memperoleh 1 saja. Bahkan di London
yang terkenal sebagai salah satu kota termahal di dunia, anda cukup membayar 1
pounds untuk 2 croissant jika membeli di supermarket seperti LIDL atau ALDI.
Soal citarasa tidak jauh berbeda bahkan sama jika membeli di kafe atau bakery
shop yang jauh lebih mahal. Khusus untuk di Paris Prancis, pastikan untuk
membeli dari boulangerie (bakery shop) daripada di supermarket karena rasa nya
bisa berbeda jauh walaupun tidak selalu seperti itu. Perkecualian jika membeli
dari Carrefour di dekat metro Ecoille Militaire sekitar 200 meter dari menara
Eiffel karena rasa nya selevel dan harga miring. Info mendasar seperti ini
tidak hanya berlaku untuk makanan tetapi juga oleh-oleh seperti magnet kulkas,
gantungan kunci maupun kaos. Usahakan membeli dari toko atau outlet yang
sedikit jauh dari pusat keramaian turis.
Bagi penggemar makanan siap saji
(fastfood) maka eropa adalah pilihan
tepat karena harganya sama seperti di indonesia bahkan bisa lebih murah jika
membeli di jam-jam tertentu. Contoh burger dari BurgerKing di pusat kota London
yang tidak lebih dari 2 pounds. Jika ingin lebih murah lagi maka dapat berbelanja
di Poundsland store yang mayoritas produknya seharga 1 pounds termasuk hotdog
ataupun burger yang siap dimakan setelah dimasukkan microwave atau oven.
Setelah berjalan-jalan di area London bridge bahkan anda bisa mencicipi steak
sapi di kafe tepi sungai Thames senilai 9 pounds atau 170 ribu dengan citarasa
yang selevel dengan steak sapi di tempat elite Jakarta yang seharga 300 ribuan.
Jadi menurut saya, London mahal dalam hal transportasi dan tempat tinggal
tetapi tidak dalam hal makanan.
No comments:
Post a Comment